Tuesday, April 3, 2012

INI HARI TERAKHIRMU


Hari Jumat ini adalah hari terakhirmu. Adalah kemudian kita berbincang mengenai sesuatu yang cukup serius tidaklah direncanakan. Kita sudah biasa saling mengungkapkan apa yang dirasakan oleh kita masing-masing. Di kursi tempat kita merokok bersama. Kursi berwarna kuning itu terbuat dari besi, walaupun kursi itu keras dan tidak nyaman untuk di duduki, tapi aku selalu merasa nyaman bila ada kamu duduk di samping ku

Hari Jumat ini adalah juga Jumat siang yang begitu menyesakkan hatiku oleh karena berbagai hal. Terutama adalah karena si tolol Inggris yang kebetulan jadi boss kita memutuskan untuk menunda program yang sudah kurancang hampir 7 bulan Dan menundanya dengan alasan yang tidak masuk akal  dengan alasan tertolol yang pernah aku dengar dibalik keputusan itu. Tanpa analisa.Tanpa ba bi bu.Stupid, stupid, stupid, aku mengumpat. Aku sungguh terbakar dan sangat kecewa.

Kenapa Tuhan membiarkan orang-orang setolol dia jadi pengambil keputusan nomor satu di sini? Aku pikir, aku yang datang dari dunia ke 3 jauh lebih hebat dalam memutuskan sesuatu
Dan kemudian aku memutuskan untuk tidak mau tahu lagi mampuslah perusahaan ini dengan pemimpin dungu yang tidak tahu arah tujuan
Aku tidak mau tahu lagi …

Waktu itu aku hampir menangis karena marah
Tapi kemudian logika ku berkata, bahwa kejadian ini sama sekali tidak pantas di tangisi
Kenapa aku harus menangisi kebodohan mereka?
Aneh aku merasa lebih baik walaupun umpatan-umpatan indah tak dapat kutahan keluar dari mulutku

Kamu menemaniku di bangku panjang itu
Dan mendengarkan umpatan umpatan ku
Saat itu tidak ada siapa-siapa, disebelah sana ada beberapa orang
Tapi aku bilang “aku tidak ingin berbagi dengan siapa-siapa dulu”
Kita duduk disitu, aku berusaha menahan amarahku dengan susah payah dan berusaha keras untuk memahami apa yang ada di kepala sitolol Inggris itu.

Tiba-tiba perbincangan kita berjalan keluar dari topik kebodohan si tolol Inggris itu, kamu bilang bahwa sebelum kamu pergi kamu mau aku tahu bahwa kamu selalu mengharapkan semua hal terbaik akan terjadi dalam hidupku, bahwa suatu hari nanti aku akan menemukan seseorang pendamping hidupku, dan kamu akan selalu berdoa untukku agar aku kembali ke akar budaya timur yang kamu lihat telah sirna dalam diriku, itu kamu sampaikan perlahan takut menyinggung aku walaupun sebelumnya kamu meminta maaf bila kata-katamu akan menyinggung aku.

Aku tersenyum agak sinis kurasa, tapi aku tidak tersinggung, sungguh. Buat apa, aku kan bilang sama kamu bahwa aku selalu berusaha menghargai pendapat orang lain, siapapun dia termasuk kamu tentunya. Kuakui kamu sedikit mencubitku, tapi rasanya bukan karena kata-katamu, tapi lebih kepada tekanan kata-katamu yang menurutku itu adalah gambaran mu tentang aku. Bahwa sebagai perempuan timur, itu salahku menyukaimu. Hmm, aku menatapmu agak sinis dan bertanya “maksudmu, apa?” “aku adalah perempuan Jawa yang sangat menghormati akar budayaku. Akan tetapi pengalaman demi pengalaman menyatukan logikaku dengan batasan-batasan budaya yang terkadang sudah lawas. Itu tidak berarti melunturkan sifat ketimuranku. Begitu banyak aku melihat dan mengalami kejadian-kejadian yang bersinggungan dengan keperempuananku terutama perlakuan yang memisahkan gender belaka di negeri ini. Begitu merugikan kami sebagai seorang manusia berjenis kelamin perempuan. Aku capek dengan stereo type "Kita kan perempuan" "Kamu kan perempuan" Aku bilang padamu tidak ada istilah gender dalam kamusku" tidak sengaja aku menekankan pernyataan akhirku.

Aku tidak lagi hidup dalam alam pikiran Timur yang berkutat soal hak-hak manusia berdasarkan pemilahan gender belaka tanpa melihat bahwa wanita adalah yang punya hak-hak yang sama dengan laki-laki.  Apakah kamu kesulitan menempatkan aku sebagai seorang wanita timur karena kamu membalas rasa suka ku padamu?  dan samasekali tidak pantas aku mempunyai perasaan itu. Karena hanya laki-laki lah yang punya hak untuk memulai atau melakukan apa yang mereka pikir adalah pantas, karena kamu adalah laki-laki timur?

Wanita timur sepantasnya menikah, wanita timur itu harus dirumah, menjaga anak-anak, wanita timur itu harus hati hati dalam melakukan sesuatu karena berhubungan dengan reputasinya, dan tetek bengek peraturan peraturan yang mengikat seseorang dengan batasan sex (baca gender).

Sambil berdiri dihadapanmu aku menyulut rokokku yang ke 2, udara sungguh pengap disini, tak ada udara yang mengalir, agak sulit bernafas disini, aku merasa sesak. Bukan, bukan karena aku menyadari bahwa kamu adalah seorang laki-laki timur biasa, tapi lebih karena ini adalah hari terakhirmu di sini. Dan kita tidak akan lagi bisa bersama-sama rehat merokok atau berbincang tentang apa saja. Walaupun dalam hampir sebulan ini, kita saling memberikan sentuhan manis dan percakapan rahasia yang hanya kita yang tahu. Dimana suasana disekeliling kita adalah suasana yang penuh gairah nakal, yang tiba-tiba menyerang kita berdua untuk melakukan sesuatu lebih daripada sentuhan. "Kamu ingat itu, kita tidak pernah melanggar aturan apapun. Aku masih wanita timur dan selalu akan tetap menjaga norma-norma yang berlaku untuk hal yang satu ini." Kamu diam saja merasa terpojok.

Aku melihat matamu, menatapnya dalam-dalam tiba-tiba aku ingin menangis lagi. Anehnya bukan karena kamu atau karena aku tidak akan bertemu kamu lagi dalam suasana yang sama, setiap hari, setiap pukul 10, pukul 2 siang atau sore hari sebelum kamu pulang, Tapi lebih karena tiba-tiba hatiku bilang ini adalah akhir dari segala perasaan indahku padamu. Aku tidak ingin bersentuhan dengan seseorang yang mempunyai perasaan indah dan doa-doa yang menakjubkan buat aku hanya agar aku berfikir aku tidak sepantasnya menyukaimu. Katakan padaku siapakah yang bisa megontrol hatinya. Ini pandangan pertama yang menyadarkanku bahwa kamu berbeda dengan aku.

Kemudian aku duduk kembali disisimu, aku menunduk, bercampur aduk pikiranku, ada banyak hal, si tolol orang Inggris itu, situasi di kantor ini, dan tentang aku. Kemudian aku bilang “aku adalah seorang yang bebas, seseorang yang selalu melakukan yang terbaik buat diriku. Aku tahu sejauh mana batasan ketimuran itu dalam bermasyarakat. Tapi sudah lama aku tidak memasukkan adat ketimuran dan gender dalam daftar yang masuk dalam daftar pertimbanganku membuat keputusan untuk diriku” “Kamu mesti tahu, bahwa aku selalu menggantungkan semua hal yang tidak dapat kupecahkan ke tanganNYA, dan tentunya menurutku itu adalah hal yang terbaik buatku, sehingga apabila kemudian keputusanku itu salah, aku tidak akan menyesal. Karena aku lah yang memutuskannya bukan orang lain” Kamu terdiam memandang aku. Tiba-tiba aku merasa suasana menjadi janggal. Aku diam saja. Menunggu kamu bicara lagi mengenai segala hal yang baik-baik buat aku. “Terima kasih sudah memikirkan aku sampai sejauh itu”kataku.  Tapi aku merasa tembok kita menjadi semakin tinggi. Aku tidak melihatmu lagi. Kamu kemudian berkata “Maafkan aku dan semua sentuhan ku padamu. Aku takut, setan telah mengganggu kita Natasaha"  Aku tertawa dalam hati “oooh jadi itu semua setan, of course, setan lah yang salah sewaktu kamu menyentuh aku”. Asal kamu tahu bahwa aku tidak lagi mengenal setan-setan yang konon kabarnya bergentayangan disekitar dua orang yang saling menyukai kalau sedang berduaan. Kamu pikir aku percaya? Mungkin dulu waktu SMA aku kenal itu, ibuku selalu bilang jangan berdua-dua kalau malam banyak setan bergentayangan. Tapi sekarang? Hal itu bisa dijabarkan dengan mudah. Secara biologi ketertarikan kepada seseorang mempengaruhi sebagian kerja tubuh, aliran darah yang tiba-tiba menjadi cepat dan detak jantung yang lebih kencang, semuanya memberikan sinyal keinginan paling dasar mahluk hidup untuk mewujudkan satu keinginan “bersentuhan” atau bahasa Inggrisnya “chemistry”. Kamu tahu itu kan? tanda-tanda ketertarikan normal setiap mahluk hidup.

Bahwa sinyal itu bisa terkirimkan begitu saja ke pada siapa saja terutama kepada seseorang yang disukai, kita tidak bisa mengontrolnya akan tetapi dapat menyembunyikannya. Kalau kamu menyukai seseorang keinginan untuk bersentuhan atau lebih dari itu adalah hal normal yang bisa dijelaskan dengan ilmu. Itu bukan kerja setan. Dan itu semua menjadi tanggung jawab kita sebagai manusia bukan setan. How come? Itu pandanganku. Kenapa bisa kita begitu berbeda?

Aku tidak banyak bicara lagi. Seseorang datang dan menanyakan berita terakhir program training kantor, aku jawab singkat “yah baik-baik saja” lalu aku bangkit dan berjalan kearah lift tanpa melihat kamu. Kamu mengejar aku, Nat, kamu tidak marah dengan aku kan? Maaf kalau kamu tersinggung” Aku menatapmu aneh dan kemudian tertawa “No, what for? Kamu bukannya mau sholat?” kataku sambil melihat celanamu yang sudah digulung setengah betis. Kamu juga tertawa, lebih keras dari aku “Hahaha, aduh aku sampai bingung, aku pikir kamu marah, iya kenapa aku gulung celanaku ya?” katamu sambil menurunkan celanamu kembali “Aku tinggalkan kamu karena aku pikir kamu mau sholat” kemudian kita berdua masuk kedalam lift. Kita berdiri berjauhan. Kenapa situasi kita menjadi aneh?

Kita berpisah dan masuk melalui pintu yang berbeda. Aku langsung menuju ruang meeting, disana sudah menunggu beberapa teman untuk berdiskusi lebih lanjut tentang batalnya program training ini. Aku tidak lagi memikirkan kamu. Aku menelpon si tolol inggris itu dan melalui speaker telepon rekan yang lain dapat mendengar apa yang dikatakannya, aku sampaikan kepada dia betapa konyolnya membatalkan program training yang tinggal beberapa hari lagi dan membuat semua karyawan lebih tidak percaya pada manajemen adalah gambaran terburuk yang aku sampaikan. Tapi aku sudah tidak punya lagi semangat, tidak memaksanya dan kemudian aku merasa bahwa pikiranku yang capai menyerah. Dan menjadi tidak peduli. Why should I give a damn? Aku menutup percakapan kami, dan rekan-rekan ku saling memandang dan menghela nafas, berat, dan marah. Aku tahu mereka semarah aku. Aku menangkupkan tanganku kewajahku. Pasrah, marah dan lelah.

Aku kembali ke mejaku dan mulai menulis email. Pikiranku dipenuhi oleh kemarahan dan kekecewaan, bunyi tombol-tombol huruf di keyboard terdengar keras. Tiba-tiba aku melihat kamu melintas di depan ruang ku menuju ruang akunting. Kosentrasiku terpecah sesaat, otomatis aku melihat jam didinding. 4.40, pantas sudah waktunya pulang. Sudah waktunya kamu berpamitan dengan rekan yang lain. Kemudian kamu mendatangi ruanganku. Ada Bian disitu sedang membantu aku mengarang email mengenai program training yang diundur. “Natasha, aku pamit dulu, maafkan seandainya ada kesalahanku selama kita bekerja sama” Bian menyambut tanganmu dan berkata “Semoga sukses”. Kamu memandang aku, “Nat?” Aku masih memandang layar monitor, “Aduh, kamu tidak keberatankan menunggu aku menyelesaikan emailku? pintaku, aku tidak ingin kehilangan saat terakhirmu, kamu setuju saja “Oke, aku juga mesti menyelesaikan sesuatu dulu” kemudian kamu pergi. Setelah emailku selesai dan terkirim aku menghampirimu, “Aku sudah selesai. Aku tunggu kamu dibawah ya?”.

Beberapa teman sedang bermain tenis meja, aku memasukkan tasku kedalam mobil. Aku melihat kamu menuju mobilku.

“Nat, aku sudah selesai, dan aku mau pulang” katamu sambil menyodorkan tanganmu, aku melihat kamu, kusambut tanganmu, sambil kucium pipimu, kita berpelukan sedetik. Cuma sekejap walaupun aku ingin lebih lama, tapi sesuatu menahanku, perasaanku tidak lagi sama? Entah. “Semoga kamu sukses ditempatmu yang baru. Keep in touch ok? Sorry kalau aku pernah membuat kamu sakit hati”. Kemudian kamu meninggalkan aku. Aku memandangi punggungmu yang menjauh.

Aku ingin bercakap lebih lama denganmu karena ini hari terakhirmu tapi sungguh tidak mungkin. Aku merasa sesuatu hilang dari hatiku. Kekosongan sekaligus kelegaan luar biasa. Aku menyadari bagaimanapun segala kultur berdasarkan gender adalah bukan aku. Pernyataan mu menyadarkan ku bahwa sebagai seorang laki-laki timur kamu boleh melakukan apa saja termasuk mengirimkan getaran-getaranmu kepada ku. Tembok lain yang membuatku berfikir "Oops sorry kamu adalah laki-laki timur" Aku tak mungkin menembus  tembok itu.

Biarlah perasaan kita hanyalah milik kita, karena memang tidak akan ada yang pernah tau. Siapapun itu, hanya kamu dan aku. Karena aku seorang wanita timur yang menjaga kehormatan dan reputasiku. Begitu bukan seharusnya?

Hari terakhirmu adalah akhir dari perasaan indahku. Kita berbeda dibatai banyak hal.

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
I am ME In all the world there is No one else exactly like me There are persons who have Parts like me, but no one who Adds me up exactly like me Therefore, everything that comes out of me is authentically MINE because I alone chose it “Virginia Satir”