Tuesday, April 3, 2012

A Happy Divorce?



Read an article in one of the blog "I want a happy divorce" I have to agree that the fact that there were so many marriage couples not happy with their marriage and they choose to pursue their happiness through split process or divorce as their final decision, is their right.

Saya sendiri sudah berpisah (baca "informally divorce') selama 12 tahun dan saya bahagia dengan hidup saya sekarang. Berada dalam situasi yang sesungguhnya saya  harus menyangkal bahwa HAPPY DIVORCE is not 100% true and it is not always valid for our future.

Buku tentang perjalanan sebuah perkawinan yang gagal dan perkawinan yang sukses sudah pasti dituliskan berbeda. Selalu ada handicap didalam kisah perjalanan hidup kita para  pelakunya (baca "anak-anak", "exes" dan "keluarga besar"). Kekecewaan, kepedihan, kegalauan, kesulitan dan nama baik, selalu mengikuti kemanapun kaki melangkah didalam kehidupan sosial setiap individunya. Itu adalah kenyataan yang harus diakui bahwa "masa depan" akan dituliskan berbeda. What is happy divorce means at the end? The truth is there will be not that "happy" situation as people after their divorce. No matter what is the reason behind the divorces is.

Perceraian dan kebahagiaan adalah hak setiap individu. Sayangnya saya melihat begitu banyak kasus perceraian yang menurut saya karena sesungguhnya kita "malas". Malas untuk mempertahankan. Malas untuk memperbaiki komunikasi. Malas bekerja sama untuk mencapai kebahagian bersama. Malas berusaha.

Yang lebih parah adalah malas "berkorban" karena sama-sama merasa mempunyai kontribusi yang besarnya sama dan sama-sama merasa lebih baik dari yang lain.

Dulu menjadi seorang ibu dan seorang istri adalah pilihan tanpa perlu alasan. Pengorbanan untuk menjaga dan mendidik anak-anaknya, mengurus suami agar berkarir cemerlang dilakukan dengan bahagia dan iklas melakukannya.

Slogan "behind every great man there is a great woman" sudah tidak berlaku lagi sekarang. Semua wanita bebas menjadi "great woman" untuk diri sendiri berkesempatan berkarir dan pendapatan lebih besar sehingga sisi lembut sebagai seorang wanita terkaburkan karena seolah kita duduk sejajar dengan para suami dirumah. Sehingga pendapat suami harus di perdebatkan karena hak suara istri dan suami sama.

Dewasa ini sebuah perceraian bukan lagi hal yang membutuhkan waktu yang panjang untuk dipikirkan masak-masak dan diputuskan. Didalam setiap perdebatan yang menemui jalan buntu teriakan  "I want a divorce"  sering terlontar begitu saja. Didalam setiap permasalah kata-kata "I want a divorce"  merupakan jalan keluar yang begitu mudah. Mempertahankan sebuah perkawinan sama dengan mempertahankan cinta kita kepada pasangan kita?   Tidak ada lagi spirit of defense because we are lazy and want a instant way out. Divorce. Thats it.

Perceraian bisa diajukan jika alasan-alasan cerai yang disebutkan oleh UU Perkawinan.

Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
Salah satu pihak meninggalkan pihal lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin dari pihak lain dan tanpa alasan yang syah karena hal lain diluar kemampuannya.
Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri
Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup ruku lagi dalam rumah tangga


Alasan 1,2, 3 dan 4 menurut saya adalah alasan yang patut untuk mengajukan permohonan "cerai". Alasan 5 dan 6 adalah alasan yang mempunyai berat masalah sangat kecil  dan menurut saya belum patut  untuk dapat mengajukan permohonan perceraian.

Saya berani bertaruh alasan F adalah alasan yang di ajukan hampir 80% pasangan yang "pengen buru-buru" berpisah dari pasangannya dengan alasan "sepele".  Kalau mau jujur "perkawinan mereka tidak bermasalah" alias bingung "mau cari alasan apa untuk bercerai".

Saya memutuskan berpisah dengan pasangan saya karena saya sudah berusaha selama 12 tahun menjalani kehidupan perkawinan yang penuh dengan kekerasan dan kekhawatiran akan kehilangan nyawa saya dan anak-anak saya. Jadi apapun yang dikatakan oleh seorang Hakim maha Agung untuk mepertahankan perkawinan saya tidak akan membuat saya bertahan dalam perkawinan saya. Saya menyesal dan sangat sedih karena kekerasan tidak dapat menjadikan perkawinan saya berjalan mulus. Spirit of defense saya adalah selama 12 tahun dan terpaksa harus saya tinggalkan  karena keadaan sudah sangat membahayakan kelangsungan hidup saya sebagai wanita. Buat saya alasan itu adalah alasan yang tepat.

Anda yang sudah bercerai coba buka file anda saat anda mengajukan perceraian, apakah yang anda tuliskan sebagai alasan untuk bercerai? Bahagiakan anda dengan masa depan anda sesudah anda bercerai. Mari kita jujur pada diri sendiri. Perceraian adalah pilihan tapi mari kita kembalikan kepada hakiki perkawinan itu sendiri. Menerima didalam suka dan duka, didalam susah dan senang, berkorban bersama, membangun perkawinan yang telah kita pilih dengan pasangan yang kita cintai. Apabila sudah diambang batas perceraian tanyakan pada diri anda sendiri "sudah kah anda berusaha mati-matian untuk mempertahankannya"

Kenyataan banyak pasangan memilih untuk menjadi aktor "pura-pura bahagia", pura-pura cinta, pura=pura setia, just for the sake of their marriage life and the social norm should be, saya memandang dari kacamata positif bahwa mereka adalah orang-orang yang "berkorban" sehingga mereka termasuk dalam seseorang yang mengerti "spirit of defense" . Mengorbankan hati dan kebahagiaan diri sendiri bukanlah hal yang mudah bila dilakukan bertahun tahun. But what can you say? I say "Salute, my friend"

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
I am ME In all the world there is No one else exactly like me There are persons who have Parts like me, but no one who Adds me up exactly like me Therefore, everything that comes out of me is authentically MINE because I alone chose it “Virginia Satir”