Tuesday, April 3, 2012

Cinta dan Legalitas


Melegalitaskan cinta di negara ini ribet. Apalagi jika pelakunya berbeda keyakinan.

Cinta di negara yang meyakini beberapa agama dan mengakui ke bersamaan itu indah, tidak seindah kenyataannya diatur sedemikian rupa dan hanya diperbolehkan menggunakan SATU saja rangkaian seremoni religius baru di nyatakan syah dengan bukti sebuah buku catatan pernikahan.

Ironisnya, cinta itu sendiri buta, tidak mengenal arti diskriminasi dan batasan usia, agama, suku dan warna kulit. Cinta menghampiri siapa saja tanpa embel-embel, it happens and its simple.

Jatuh cinta dengan seseorang yang berbeda keyakinan hanya punya dua pilihan jika ingin menikah. Pilihan pertama; patah hati karena tidak ada yang mau mengalah untuk melegalitaskan atas nama SATU kepercayaan. Pilihan kedua harus rela berkorban untuk berupacara dengan SATU kepercayaan.

Kalau kamu jatuh cinta pada seseorang yang berbeda, kamu harus siap berkorban atau mengorbankan kepercayaan yang kamu yakini, sungguh2 atau hanya demi sebuah buku. Kalau kamu tidak rela jangan jatuh cinta dengan seseorang yang "berbeda keyakinan", thats it!




Padahal memiliki sebuah keluarga didasarkan pada cinta adalah hak segala bangsa, segala usia, segala gender, segala kepercayaan dan segala suku. Sayang nya hukum di negara ini tidak mengatur pernikahan "grey" ceremony despite their religion. Sehingga banyak pasangan menikah di luar negeri hanya untuk menikah secara legal. Artinya sudah banyak pasangan yang mengabaikan arti "SATU kepercayaan" sebagai syarat untuk menyatukan dua hati.

Sudah waktunya negara ini memberikan kebebasan kepada warganya untuk menentukan jalan yang terbaik untuk masa depannya.

Pasangan yang berbeda keyakinan diperbolehkan untuk mencatatkan perkawinannya dan perkawinan mereka dianggap syah dengan syarat yang berhubungan dengan hukum sebagai warga negara yang menikah tanpa mencantumkan embel-embel persyaratan keyakinan tertentu.

Apakah kemudian akan ada upacara berdasarkan kepercayaan tertentu, seharusnya tidak diatur oleh negara ini. Suka suka kita dong, mau menikah dengan cara dan gaya apa yang jelas negara mengatur hukum perkawinan secara umum.

Artinya, apabila untuk mensyahkan "perkawinan" secara keyakinan masing masing merupakan tanggung jawab individu. Apakah perkawinan itu dianggap "tidak syah" di mata Tuhan masing-masing keyakinan seyogyanya menjadi urusan perorangan bukan negara ini sebagaimana dikatakan bahwa "dosa ditanggung masing-masing". Memangnya negara ini yang mau nanggung dosanya (kalau memang dianggap sinner).

Coba bayangkan berapa banyak kiranya pasangan yang patah hati. berpindah keyakinan, membuang uang kenegara lain atau kumpul kebo saja untuk mempersatukan ikatan cinta sepasang manusia. Maaf saya tidak bicara soal "restu" orang tua karena lain kasus. Buat saya apabila seseorang sudah dapat memutuskan untuk menikah (baca bukan karena "kecelakaan" dan dibawah umur) artinya dia sudah dapat bertanggung jawab atas dirinya dan pasangannya kelak, keputusan bukan di tangan orang tua.

Sehingga SATU TATA CARA sudah tidak dapat menampung aspirasi cinta masyarakatnya. Kita butuh "grey" legalitas yang pure berpatokan pada hukum perkawinan negara.

Perlindungan hukum atau tata cara yang apabila terjadi perceraian dari dua pasangan yang berbeda keyakinan, mengacu pada hukum perkawinan negara.

Menurut ku sih tidak ada hubungan antara perkawinan yang syah HARUS SATU KEYAKINAN dengan syahnya perkawinan secara hukum negara. Kita harus sudah mulai memisahkan tata cara perkawinan secara agama dan pernikahan secara hukum saja sebelum korban patah hati dan kumpul kebo semakin banyak dinegara ini  karena menyerah dengan persyaratan perkawinan.

Di negara ini dimana kepercayaan begitu kuat menikah dengan seseorang yang tidak seiman seharusnya merupakan tanggung jawab individu dimana pemikiran tentang membangun sebuah keluarga dengan dasar dan tujuan tertentu sudah di rencanakan dengan baik.

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
I am ME In all the world there is No one else exactly like me There are persons who have Parts like me, but no one who Adds me up exactly like me Therefore, everything that comes out of me is authentically MINE because I alone chose it “Virginia Satir”