Monday, April 23, 2012

Aku Tidak Akan Melepaskan mu





Andy datang ketempat duduk ku dengan muka merah padam menahan marah, langsung duduk dihadapanku dan menatapku dengan sinar mata marah. Aku terkejut juga sih tapi aku tidak memperlihatkannya. Pasti tentang Jasmine, aku tahu mereka sedang ada masalah rumah tangga. 



Dia tidak langsung berbicara mengatur emosi dan nafasnya. Aku meneruskan pekerjaanku tanpa bertanya apapun. 


"Jasmine minta cerai dari aku" akhirnya... Aku mendongak dari kertas yang aku baca, mencoba mencerna apa yang dikatakannya, menatapnya. 


"Pendapat mu?" katanya lagi 
"Well, aku sungguh tidak punya pendapat. Aku adalah sahabatmu sekaligus sahabat Jasmine tapi cuma sebatas itu. Persoalan rumah tanggamu hanya kamu dan Jasmine yang tau dan yang dapat memecahkan persoalan itu" kataku jujur. 


"Aku tidak akan menceraikan dia, titik. Keputusanku tidak bisa ditawar tawar" katanya dengan nada meninggi. "Kalau kami bercerai, apa kata orang tua ku, bagaimana dengan anak-anak dan yang pasti ke enak an Jasmine yang bakal dengan bebas menikah lagi" katanya lagi, kali ini pelan takut terdengar staffku. 


"Yah begitulah seharusnya" "Pertahankan perkawinanmu selagi kamu yakin bahwa Jasmine juga punya keinginan yang sama"  "Bagaimana jika Jasmine tidak punya keinginan yang sama dan tetap ingin bercerai?" Andy menatapku tajam, tak suka dengan pertanyaanku.


"Apapun akan kulakukan untuk mempertahankan perkawinan ini" katanya tegas. 
"Ok fair enough, kamu yakin hal itu akan membuat hidupmu bahagia juga?" kataku lagi. Andy terdiam terlihat terkejut dengan pertanyaan ku dan menjawab bimbang "Of course"  dan berlalu meninggalkan ruangan ku. 


Andy, Rama, Anton dan beberapa teman laki-laki ku yang sedang menghadapi "gugatan cerai" dari para istri mereka memberikan respons yang sama persis. “Tidak. Saya tidak akan menceraikan istri saya, titik. Tidak bisa ditawar-tawar” 


Disatu sisi aku salut atas keyakinan dan keinginan kuat  para suami untuk mempertahankan perkawinan mereka tapi disisi lain aku melihat bahwa ini penolakan ini lebih behubungan dengan ego dan harga diri mereka sebagai laki-laki. Digugat istri? suami macam apa aku?


Dikutip dari Kapanlagi.com - Fenomena ribuan istri di Jakarta Selatan menggugat cerai suaminnya membuat kaum pria cemas akan masa depan keluarganya.
"Tidak ada ceritanya laki-laki kalah sama wanita. (Fenomena) itu tidak benar," kata Dhuha (46) Warga Jalan Pramuka, Jakarta Pusat, Jumat.
"Saya menolak hal ini (fenomena Istri ceraikan suami -red), ini dimurkai Allah karena hal ini akan merusak masa depan keluarga," kata laki-laki yang bekerja di biro Konsultan Pajak Jakarta Selatan.
Rian (25) yang telah melaksanakan sidang pertama gugatan cerai mengaku agak cemas, meskipun selama perkawinannya belum mendapatkan anak.
"Kurang tepat, ya. Saya agak miris juga dan masih cinta sama istri saya," kata laki-laki yang datang bersama istrinya, Wati (23).
Dia menuturkan sebagai keluarga muda mereka memang sering bertengkar. "Namun itu kan wajar, mungkin dia sudah bosan dengan pertengkaran tersebut," dstnya


Jauh sebelum tahun 2005  perceraian seolah hak prerogative  laki-laki/suami. Hanya para laki-laki/suami yang pantas untuk menggugat cerai istri mereka walaupun dengan alasan yang sepele. 


Fenomena istri/perempuan menggugat cerai suami/laki –laki mulai ramai ketika sekitar tahun 2005 yang di pelopori para selebriti wanita "menggugat cerai" suami mereka. Mereka   menempatkan perempuan/istri sebagai penentu dalam meneruskan perkawinan mereka.  


Semenjak itu para perempuan yang juga adalah istri mulai berani menyuarakan ketidak bahagiaan mereka dengan mempergunakan hak mereka untuk menceraikan pasangannya. 


Menurut pandanganku, fenomena ini sedikit banyak menyinggung harga diri dan ego laki-laki. Maaf aku tidak bermaksud generisme disini tapi sesuai dengan kutipan diatas itu pandangan ini adalah suatu fakta. 


Pertanyaan ku kepada Andy "Apakah dengan dengan memaksa Jasmine untuk bertahan didalam perkawinan mereka akan membuatnya bahagia" rupanya telak meninju egonya. 


Dalam UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 dikatakan 

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang  pria dan seorang wanita sebagai
suami istri  dengan tujuan membentuk  keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan 
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 

Sedangkan menurut aku perkawinan adalah menyatukan cinta dua orang manusia (sejenis atau berlainan jenis) dengan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh agama dan negara.  


Baca sekali lagi perkawinan harus dilakukan oleh dua orang, baca sekali lagi dua (2). Perkawinan milik dua (2) individu, milik ku dan milikmu, milik Jasmine dan milik Andy.  Bukan hanya milik MU dan bukan hanya milik ANDY. Perkawinan yang bahagia adalah hasil kerjasama yang baik dari pengolahan cinta dan kasih saying pelakunya. Sekali lagi oleh dua (2) individu. 


Andy, Rama, dan Andy berhak untuk meminta para istri mereka mempertimbangkan tuntutan mereka tapi pemaksaan  kepada individu  yang sudah tidak bersedia berkontribusi dan bekerja sama dalam membangun sebuah perkawinan yang sehat dan bahagia, bukanlah jalan keluar terbaik. 


Apa jadinya jika pemaksaan terus dilakukan? sebuah perkawinan yang timpang, carut marut, penuh dengan ketidak bahagiaan, pertengkaran dan angkara murka didalam waktu yang tidak terbatas, pengadilan yang bertele tele, panjang dan menghabiskan energi dan emosi hanya untuk memperlihatkan ego seorang laki-laki. 


Pemaksaan kehendak ini juga berlaku pada para perempuan yang memaksa para suami untuk tetap tinggal di dalam lingkaran perkawinan mereka. Trust me, it won’t work. 


Betul bahwa para laki-laki merasa jengah ketika semua mata memandang kearah mereka dan bertanya “Hei bro what are you doing till your wife divorced you?” kelaki-lakiannya tersentil, merasa gagal menjadi seorang seorang suami karena itu mereka merasa harus menunjukkan kepada dunia yang menurut aku, tidak membantu para perempuan/istri  tinggal atau kembali pada mereka. 


Lebih dalam lagi kita bicara soal cinta, kalau aku sudah tidak mencintaimu lagi, kamu mau apa? Itu jawaban Jasmine kepada Andy. “Kamu akan mengurung ku di kamar agar aku  tetap tinggal bersama kamu? Memasung saya di rumah sehingga kamu tetap bisa melihat saya dirumah ini?” “Seandainya pun pengadilan menolak permohonan perceraian ku, apa yang harus aku lakukan? hidup bersama dengan orang yang sudah tidak aku cintai?" 


Aku juga mengatakan kepada Andy “Bahagia kah kamu dengan ketidak jelasan statusmu yang membuat kamu  sendiri tidak tahu harus melangkah sebagai raja tidak ber permaisuri atau sebagai seorang laki-laki single yang bebas melangkah mencari cinta yang lain untuk membangun kehidupan baru?” Betapa ruwetnya bukan?


Kita tidak bisa mempertahankan perkawinan sendirian, sepahit apapun tetap lebih baik kita memutuskan untuk menggariskan cerita perkawinan kita sampai disini dan segera memulai segala sesuatunya dengan jelas dan brand new. 


Ego sebagai laki-laki tidak akan membuat mu bahagia karena berdiri di persimpangan jalan. Let her go! Biarkan para perempuan/istri merasakan dan kemudian membandingkan kehidupan yang lain dengan kehidupan dengan mu sehingga penilaian itu menjadi suatu pelajaran berharga bagi mereka. 


Perceraian menyakitkan tapi lebih baik daripada hidup sebagai banci yang takut menghadapai kenyataaan bahwa perkawinan yang kita bangun sudah berantakan. Keberanian menghadapi kenyataan dan perceraian diambang pintu lebih gentleman dan dengan legowo merencanakan kehidupan baru jauh kedepan, melihat kepentingan keluarga dan anak-anak. 


“Ok I will let her go. Rasanya percuma kupaksa jasmine kembali. Anak-anak butuh suasana yang sehat dan aturan-aturan yang tegas. Aku akan mulai membicarakan dengan Jasmine bagaimana kami akan saling bertanggung jawab atas masa depan anak-anak. Kami akan pastikan bahwa anak-anak tidak akan pernah merasa kekurangan kasih saying kami berdua” kata Andy. 


Aku tersenyum “That is my friend. You are the winner of your ego! Perceraian ini memang berat buat kamu, aku tahu itu, tapi aku tahu mengalahkan ego sebagai laki-laki lebih sulit dan berat buat kamu” 



No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
I am ME In all the world there is No one else exactly like me There are persons who have Parts like me, but no one who Adds me up exactly like me Therefore, everything that comes out of me is authentically MINE because I alone chose it “Virginia Satir”