Tuesday, April 3, 2012

Kapan terakhir kali aku menangis?

Yang paling parah kira-kira 10 tahun lalu. Putus cinta. Umum.

Kemudian 3 tahun lalu ketika bapak meninggal dunia. Hampir sama parahnya, sesenggukan tiada henti-hentinya.

Putus cinta waktu itu memang sungguh meninggalkan trauma. Tanpa disadari hati ku mengeras. Memberikan efek negatif luar biasa.

Artinya sesudah tangisan ku yang menggerung gerung (tentunya sendirian) hatiku membeku tanpa aku sadari.

Efeknya luar biasa, aku tidak pernah bisa merespons dengan baik tentang hubungan pribadi yang melibatkan hati atau cinta.

"You are an ice queen" begitu kata mereka.

Sepuluh tahun lalu aku putus cinta dua kali. Yang pertama dengan seseorang yang kunikahi  22 tahun lalu atas nama cinta dan pengorbanan dan sepuluh tahun lalu cinta itu kandas. Yang kedua dengan seseorang yang begitu indah hadir dalam hidupku tapi harus kurelakan pergi karena jarak yang tidak memungkinkan membangun rumah cinta bersama ditahun yang sama.

Ice Queen never cried! dan itu kejadian nyata. Aku tidak pernah bisa menangis lagi. Putus sambung hubungan yang berhubungan dengan cinta, aku terima dengan santai. Well, we are not meant to be together, kataku. Eks-eks ku cuma melongo. No tears. No broken heart.

Aku lupa bagaimana rasanya menangis. Seberat apapun masalah ku, airmata tidak juga bisa turun. Kadang-kadang aku memikirkan hal yang sangat menyedihkan dalam hidupku. Tetap tak ada airmata. Mungkin airmataku sudah kering bersamaan dengan kandasnya cinta terindah yang pernah aku miliki.

Cinta dan airmata sahabat sejati. Ada cinta selalu ada airmata.

Tak ada cinta tak ada juga airmata buatku.

Jadi benarkah bahwa selama ini aku tidak pernah bisa menangis lagi karena ice mountain di hatiku belum mencair?

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
I am ME In all the world there is No one else exactly like me There are persons who have Parts like me, but no one who Adds me up exactly like me Therefore, everything that comes out of me is authentically MINE because I alone chose it “Virginia Satir”