Sunday, January 27, 2013

Sahabat Sejati...




Kalau sekarang loe punya lebih dari 500 teman di FB, punya 20 grup di BB mu, punya 300 contact BB dan 1000 contact person in your phone book plus sejuta koneksi via sosial media, gue advise lebih baik di review lagi...   

Kenapa?

Karena selain gue yakin  nggak ada satupun yang masuk ke kategori sahabat sejati seperti quotes tentang persahabatan menuliskan, mereka juga nggak worth it loe panggil "Teman/Sahabat"

Sahabat sejati selalu mendengarkan, tidak mengharapkan balasan (iklas), selalu ada dikala teman membutuhkan bantuan dan tidak pamrih (tulus), berkata jujur, tidak menghakimi, mendukung teman, mengantarkannya ke arah impian temannya, bla bla bla.. 

Ada nggak? Not being negative but I bet you don’t have it. Being honest, gue sendiri mulai me review arti pertemanan gue dengan sejuta teman dan sedikit sahabat. 

Sahabat menurut gue levelnya lebih tinggi dari temen. Standard sahabat buat gue adalah: 

  1. Setidaknya teman menghargai apa yang telah kita lakukan kepada mereka dikala mereka dalam suka dan duka. Teman juga melakukan paling tidak hal yang sama dikala kita membutuhkan bantuan mereka. Bukan artinya nggak tulus dan iklas tapi take and give lah. 
  2. Paling nggak udah lebih dari 5 tahun gue tau mereka.
  3. Mereka menghargai  kita apa adanya. Apapun hidup kita.
  4. Jujur didepan kita dan nggak ngomongin kejelekan kita di belakang kita. 
  5. Teman memberikan waktu nya untuk tatap muka biar Cuma 5 menit, baik buat lunch, ngopi, undangan, lebih lebih ada undangan penting. Paling nggak nunjukkin effortnya bahwa pertemanan mereka berharga.
  6. Sahabat harus komit. Apapun itu kalau sudah komit dan janji, harus ditepati kecuali ada banjir bandang, gempa bumi atau keluarga sakit. Gue ngertilah.
  7. Teman nggak penuh dengan exuses, yang berkedok insya allah sebagai excusenya, yang bilang “sorry tiba-tiba ini itu ini itu bla bla” 
Lagi lagi gue tanya sama loe. Ada nggak dari sejuta temen loe yang memenuhi standard diatas? Bukan seudzon tapi gue yakin kalo loe pikir bener-bener, jawabannya “NO”.

Gue tanya balik ke loe, loe sendiri apakah loe memenuhi standard diatas? Jujur loo...  Gue yakin jawaban kalian “Nggak juga siiih soalnya kan bla bla” nah loe masuk di no 7 tuh kebanyakan excuses. 

Kalo loe tanya gue? Gue lakukan itu semua buat sahabat gue. Gue berani taruhan hahahaha... Gue punya banyak teman dari kalangan bawah sampai atas, dari office staff sampai temen hang out, dari temen sendiri atau temen dari temennya temen karena gue dengan yakin selalu menyediakan my shoulder for them to cry on, my ear to listen and my time to support them, advice them and always try my best effort to give them my time dan nggak pernah ada diskriminasi.. 

Gue pernah memimpikan punya gang cewek yang nilai persahabatannya sangat tinggi, seperti di Sex and The City. Di film memang Samantha cs digambarkan sebagai wanita single, independent, open mind baik dalam hal relationship dan sex,  punya karir yang bagus plus gaya hidup yang top deh. Gue ngerti kultur Amerika dan Indonesia bedalah, gue juga nggak ngarepin 100% persis mereka. Yang gue jealousin adalah soal “waktu” yang diberikan oleh mereka untuk mendukung, mendengarkan dan always there anytime anywhere terutama kalau salah satu dari mereka lagi lonely, have problem atau bete. Mereka bisa dan selalu menyempatkan diri untuk chatting, having fun, travelling, shopping atau hanya sekedar ngopi bareng. Gue sirik karena mereka tahu betul bahwa pertemanan itu perlu exist face to face, perlu touch, perlu hug, perlu holding hand in the real world. Bukan hug di bb bukan cry di bb bukan hanya turut berduka cita di bb... 

Tahun 2013 ini gue nengok ke belakang dan me review kisah persahabatan gue. Ternyata gue menemukan bahwa persahabatan gue banyak yang nggak worth it and not meet with my criteria dan nggak ada yang “give” as my standard.

  • Temen gue yang gue anggap sahabat gue dikala susah dan senang selama 12 tahun, 24/7 nonstop, tiba-tiba tanpa sebab suka menyerang gue dengan kata-kata terburuk yang dia punyai dan membukakan mata gue dengan pernyataannya tentang kehidupan pribadi gue. Gue sendiri terbengong-bengong. Was she really my best friend?". Gue berfikir keras dan menyimpulkan bahwa selama 12 tahun gue lah yang selalu give selalu nurutin kemauan dia, selalu tolerant dan selalu stand by for her, gue terbangun dari arti persahabatan gue dan dia. Ternyata dia bukan sahabat gue. 
  • Temen gue yang udah gue anggap anak gue sendiri karena usinya 16 tahun dibawah gue, juga terpaksa gue delete dari daftar sahabat gue. Bukan, bukan karena dia selingkuh dan menceraikan suaminya yang temen gue juga, tapi karena dia juga tiba-tiba nyontek kehidupan gue untuk melegalkan perselingkuhannya plus ngomongin gue dibelakang gue.  Gue pikir, well, she doesn’t understand what friends are all about, so I delete her from my life. Gue sediakan waktu gue, telinga gue, bahu gue, support dia dikala dia sendirian, support dia buat perpanjang kontrak kerjanya, eh air susu dibalas air tuba! Well, what do you think? I don’t need that kind of person in my life. 
  • Beberapa temen yang deket banget kalo keliatan mata tapi begitu nggak keliatan mata alias cabut kemana kek, ilang ditelen bumi. Not even one word to say “Hi”. Eh nongol-nongol di wall FB “minta tolong dong.. ini itu ini itu”. Jawaban gue Cuma satu klik “remove” 
  • Ada lagi sahabat hang out yang selalu run out of cash dan punya alasan untuk minta dibayarin duluan. Padahal jiaah gaya hidupnya bukan main, sepatu nya seratus biji dan semua bermerek, tapi buat bayar steak yang dia makan minta bayarin duluan dan bayarnya kurang. One day lewat FB kita sedikit berargument for what we have to do for our country. Disagreement kan biasa dong, teman sejati ngomong apa adanya. Tiba-tiba dia mendelete gue dari friend listnya di FB. Hahahaha, gue ampe ngakak dan bertanya “by the way what is the disadvantage of me not having you as a friend?”, malah benefit nya di gue. Nggak pernah lagi bete diutangin buat bayar minum dan makanan dia. Aneh aneh. 
Dulu gue selalu berusaha dengan ngotot untuk mengatur ketemuan at least sebulan sekali. Gue usahain penuh kalau perlu biaya gue. Itu pun tetep yang dateng 3 atau 4 orang saja, yang lain, ini lah itulah, c’mon udah cuman sebulan sekali, masih aja ada ini itu.  Lama-lama gue pikir, lah kenapa gue begitu ngototnya membangun rasa “kebersamaan” ini sendirian. It doesn’t work kan? Jadi sekarang.. well gue nggak lagi menyediakan waktu gue buat temen yang rasanya nggak berasa “mesti berkorban” sedikit untuk membangun sebuah persahabatan. 

Dulu juga gue selalu mengesampingkan kepentingan gue (personal) untuk kepentingan temen-temen gue. Kalau mau travelling gue bisa menunda kepergian gue just for the shake of meeting my friends first. Kalau travelling gue selalu beli oleh-oleh at least buat grup gue. Nggak pernah absen. Gue selalu mendukung siapapun yang jualan untuk beli dagangan mereka, butuh nggak butuh. Gue pernah berantem berat sama cowok gue cuma karena gue selalu put dia di nomor 2 after my friends.

Kemudian.... 

Ada nggak yang ngerasa bahwa itu adalah effort dari seorang teman/sahabat untuk saling mendukung? Nggak tuh. Gue merasa kesininya kok mereka berasa “kewajiban” gue lah untuk “memberi” heleeh, capee deeeh... 

Sekarang mungkin list sahabat/temen gue lebih sedikit tapi yang sedikit adalah temen/sahabat gue yang memenuhi standard gue, yang nggak ngerugiin gue secara materil ataupun emosional. Sahabat gue yang selalu hadir kalau di undang dan selalu ada waktu untuk ketemuan walo Cuma 5 menit. Sahabat yang tidak hanya selalu take tapi juga give. Sahabat yang nggak Cuma ngobrol BBM an di grup tanpa pernah kasih effort buat face to face. 

Waktunya untuk move on dan nge cek lagi siapa yang worth it untuk di masuk in sub folder “close friend”...

Bagaimana dengan loe??

Gue nggak pernah lupa quote dari film Arisan II tentang Sahabat Sejati...
"Teman datang dan pergi, Sahabat Sejati tinggal di hati"

Original written by Dewi 

Note
Dengan tidak mengurangi rasa hormat gue kepada sahabat-sahabat gue.

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
I am ME In all the world there is No one else exactly like me There are persons who have Parts like me, but no one who Adds me up exactly like me Therefore, everything that comes out of me is authentically MINE because I alone chose it “Virginia Satir”